Katanyaa si A.. katanya siii B..


niqabian_woman[picture taken from google]

Tadi saya membaca tulisan seorang teman yang merasa sedang bermasalah dengan temannya [sebut saja si B], lalu perasaannya tersebut dikuatkan dengan berita dari sumber lain yang mengatakan bahwa semua orang yang berteman dengan si B, juga banyak bermasalah bahkan tidak suka dengan si B.. sehingga dia mencoba mencari jawaban, apakah yang bermasalah itu dirinya atau mungkin si B tersebut..

saya jadi ikut-ikutan berpikir, janganlah mudah menganggap orang lain bermasalah hanya lewat apa yang kita dengar dan apa yang disampaikan banyak orang.. bisa jadi sang pembawa berita dan penerima berita itu juga bermasalah; entah fasiq, berpenyakit hati, tidak amanah, dst..

hmm.. hmm.. saya mencoba khusnudzhan dengan teman saya tersebut.. mungkin saja belum sampai  atau bahkan belum membaca atau mendengar hadist dari Rasulullah tentang kebencian Allah terhadap seseorang yang menceritakan suatu berita/menyebarkan berita yang bersumber dari “Qiilaa wa Qaalaa” [katanya..katanya..]..

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda.

“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka Qiila wa Qalaa (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta” (HR. Muslim hadits no. 1715.)

ya, menyebarkan berita atau menyimpulkan suatu berita yang berasal dari katanya si A, katanya si B menjadi hal yang dibenci oleh Allah.. sekalipun dikuatkan dengan dalil,

“ahh.. bukan cuma aku kok yang bilang dan ngerasa gitu katanya si A, si C, si D juga merasakan hal sama..”

Lagi-lagi kalau hanya berdasarkan “katanya” saja, cukuplah ia disebut sebagai pendusta..

Imam Muslim menyebutkan hadits dalam muqaddimmah shahih-nya sbb ;

“Cukuplah seorang itu disebut pendusta jika ia menyampaikan semua yang ia dengar (tanpa mencek dulu kebenarannya).”

Dalam hadits lainnya Nabi SAW melarang kita untuk melakukan ‘qila wa qala’ (banyak-omong) yang disebutkan oleh beliau SAW, bahwa maknanya yaitu :

“Orang yang banyak menyampaikan berita yang banyak dibicarakan orang tanpa melakukan re-check (tatsabbut), juga merenungkan dalam-dalam akan kebenarannya (tadabbur) dan juga mencari bukti-bukti (tabayyun).” 

Apalagi jika ia sendiri sudah meragukan kebenaran berita tersebut tapi masih juga disampaikannya, perbuatan ini diancam dengan sebuah hadits :

“Barangsiapa menceritakan sebuah berita, lalu ia sendiri menyangka bahwa berita tersebut tidak benar, maka ia termasuk diantara 2 orang yang berdusta (bersama pembawa beritanya).”

Lalu hubungannya dengan apa yang saya sampaikan di awal adalah, janganlah mudah menyimpulkan, terlebih menyebarkan suatu berita yang berasal dari kata-kata orang yang belum tentu benar, atau bisa jadi si pembawa berita tersebut masuk dalam kategori fasik.. bagi yang belum tau ciri-ciri orang fasiq yaitu:

“Imam Al-Alusi menyatakan bahwa makna fasik ialah orang yang masih suka bermaksiat, atau suka melanggar salah satu aturan agama”

Allah berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Al-Hujurat : 6)

Dalam ayat ini ALLAH SWT memerintahkan kepada orang-orang yang benar-benar shadiq kepada ALLAH dan Rasul-NYA (shaddaqu liLLAHI wa rasuliHI), jika ada orang fasik membawa berita tentang sebuah kaum agar dilakukan tabayyun (dalam qira’ah Ahlul-Madinah dikatakan tatsabbut), yaitu jangan langsung diterima tanpa dilakukan pengecekan kebenarannya.

Sehingga Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa para ulama tidak mau menerima riwayat dari orang yang majhul (tidak dikenal kepribadiannya) karena khawatir adanya kefasikan dalam dirinya.

Nah, kalau saja si pembawa beritanya saja, masih melakukan kemaksiatan, tidak amanah bahkan juga sering bermasalah, perlulah kita berhati-hati dengan berita yang dibawanya sekalipun benar.. apalagi jika kita sampai jatuh pada kondisi menyebarkan berita tersebut dan menuduh orang lain yang [bisa jadi] tidak bermasalah menjadi bermasalah dan salah. Sehingga membuat orang-orang disekitar kita ikut mempercayai nya..

Hal ini tidak sedikit saya temui pula dikalangan para aktifis dakwah.. saya pribadi pun tidak memungkiri pernah jatuh dalam kondisi serupa, jauh sebelum mengetahui adanya larangan tentang Qiilaa wa Qalaa.. terlebih ujiannya seorang perempuan itu terletak dilisannya yang kadang tidak terkontrol.

Makanya mengapa untuk hal-hal yang saya dengar, dan suatu ketika terdesak oleh teman yang meminta saya mengklarifikasi, saya mencoba untuk mengakhirinya dengan kata wallahua’lam atau coba tabayyun dulu dengan orangnya.. kecuali telah nampak bukti-bukti yang berhasil saya temukan lewat proses tabayyun lalu saya sampaikan demi menghentikan isu-isu yang berkembang tentu saya sampaikan kepadaorang-orang yang saya percayai komitmennya dalam menjaga amanah.. tentu bukan berarti tindakan saya ini benar.. ah, rabbi, saya tahu saya salah, faghfirlii ya raabb.. 😥

Alhamdulillah dengan hidayah Allah yang mengarahkan saya tentang ilmu qiila wa qaalaa ini, membuat saya mencoba untuk jauh lebih berhati-hati untuk menyampaikan berita dan menahan diri untuk bisa menjaga lisan saya atas apa yang saya dengar baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja.. dan berusaha untuk mencari tahu langsung lewat lisan sang narasumber..

Kita memang sulit menolak berita-berita yang hadir di hidup kita, baik mengenai kehidupan dan permasalahan orang lain, karena canggihnya efek media sosial dan “kelumrahan” bagi sebagian orang yang merasa bahwa menceritakan kehidupan orang lain demi mencari kebenaran adalah hal yang biasa saja apalagi demi memuaskan hasrat keeepppooo kita yang sudah masuk tingkat kritis nan akuuttt, tapi bukan berarti serta merta kita mudah jatuh bahkan terlalu cepat mengambil kesimpulan dan penilaian mengenai orang lain yang kita saja tidak mau atau belum meng-cross check kebenarannya.. terlebih kalau orang tersebut adalah orang yang tidak kita sukai akhlak dan sikapnya..

Bisa jadi, si pembawa berita juga bermasalah dengan orang tersebut, atau juga fasiq seperti apa yang saya paparkan di atas.. karena, bagi saya, muslim yang utama itu seperti yang di sampaikan oleh Rasulullah SAW..

“(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Shahih, HR. Al- Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)

ya, muslim yang tidak hanya menjaga diri nya dari kejahatan dan lisannya, tapi juga menjaga harga diri saudara seimannya, sekalipun telah tampak aib-aib saudaranya tersebut..

Jadi, jangan mudah menilai dan menyimpulkan sesuatu hal/orang lain bila hanya berasal dari perkataan yang tidak berdasar.. perkataan yang bersumber dari orang yang juga memiliki penyakit hati.. tentu, ini pelajaran untuk saya pribadi yang terus mencoba memperbaiki diri, tentu akan sakit bagi saya, ketika aib-aib saya diketahui atau saya dituduh melakukan sesuatu padahal saya tidak melakukannya, begitu pula tentunya perasaan orang yang kita “rasai” bukan?

Ya Allah, ampuni kami, jaga lisan dan hati kami dari keinginan membuka keburukan dan mencari-cari kesalahan saudara saudari kami.. sesungguhnya kami adalah sekumpulan hamba yang tak pernah lepas dari khilaf.. maka tunjukkanlah hidayah, kuasa dan penjagaanMu, pada hati-hati ini, lisan ini, telinga, tangan, kaki, dan hidup ini..

**tulisan ini juga mengambil rekam jejak ibrah dari:

http://pkssidomulyo.blogspot.com/2011/06/manhajut-tatsabbut-wat-tabayyun-fil.html

Pembaca Rahasia


536473_239725102794539_246802577_n[Picture taken from KhadimulQur’an]

Ya, bagi penulis, mendapatkan pembaca rahasia adalah hal biasa, dan itu berarti si penulis pun harus kuat dengan konsekuensi nya yaitu ketika pembaca rahasia tidak menyukai tulisannya. Selalu ada pro dan kontra dalam kehidupan manusia, kita tidak bisa menjadi manusia yang benar-benar bisa diterima secara sempurna oleh seluruh ummat Manusia, akan ada yang suka, akan ada pula yang benci. Bukankah contoh itu sudah lama kita temukan dari perjuangan baginda Mulia Nabi Muhammad SAW?, dengan akhlaknya yang begitu memesona mata dan hati saja masih ada pihak-pihak yang tidak menyukai bahkan bermaksud jahat terhadap beliau? Lalu, apakah Baginda Muhammad SAW mundur dan menyerah atas setiap balasan kejahatan dan ancaman yang terus menerus datang dalam perjalanan dakwahNya? Tentu Tidak. Beliau terus teguh memperjuangkan kemuliaan islam, tak peduli seberapa banyak yang memusuhi nya, tak peduli seberapa banyak luka yang harus dirasakan.

Begitu pula ketika kita menulis, tidak selalu tulisan hikmah ditangkap hikmah pula bagi pembaca, tidak sedikit pula yang merasa tersentil, lalu tidak terima dan menyalahkan penulis nya. Dan itu adalah sebuah resiko yang harus dihadapi bagi mereka yang telah memiilih tinta dan pena sebagai pengukir sejarah hidupnya, wadah pikirannya dan hatinya.

Tidak perlu merasa kecewa dan marah melihat respon yang tidak baik dari pembaca-pembaca rahasia. Karena, sesungguhnya, permasalahan terberat adalah pada penulis sendiri, bagaimana kelak ia akan mempertanggungjawabkan apa yang dituliskannya. Tidak peduli pada pembaca, selagi yang mengalir adalah rangkaian hikmah dan kebaikan. Penolakan pasti terjadi, tapi sekali lagi bukan semata-mata kesalahan penulisnya, bisa jadi hati pembaca yang mungkin belum tersentuh hidayah Allah atau mungkin mengalami kondisi sakit [Qalbun Maridh] sehingga sulit menerima kebaikan bahkan dari orang yang dibenci atau tidak disukainya.

Sekarang, teruslah menulis sebagai upaya mengobati diri, membenahi apa yang perlu dibenahi, merenungi bahwa tulisan ini pun, detik ini pun, akan dipertanggungjawabkan. Terlepas dari pro dan kontra yang menghiasi seluruh rangkaian tulisan yang telah dituangkan.

Bukankah yang terdekat bagi diri kita adalah detik yang akan datang? maka sibukkanlah diri untuk menyambut hari esok dengan kondisi terbaik, iman yang terus naik dan stabil, akhlak yang senantiasa berbenah dan lisan yang semakin hari semakin terjaga. Biarlah orang mengatakan apapun atas apa yang kita kerjakan, tuliskan dan kita pikirkan, karena manusia akan mempertanggungjawabkan ‘amal nya masing-masing.. sekarang, sibukkan terhadap ‘amal diri, bermanfaat bagi banyak orang dan bersungguh-sungguh meraih ridhaNya..

“Tidak usah kecewa dengan kejadian yang di masa lalu. kecewalah bila tidak sempat memperbaikinya. Yang terdekat dengan diri kita adalah detik yang akan datang. Bersungguh-sungguhlah minta ampunan-Nya, maju terus untuk berbuat baik.” [Ustadzah Ninih Muthmainnah]

Usbu’ Qur’an.. semangat!!


Hari ini, tepatnya jam 6 lebih, seperti biasa setiap pekanan, menjalani aktifitas rutin, liqa’at bersama teman-teman dan juga murabbiyah. ada banyak cerita, ada banyak kisah setiap di pertemuannya. pagi ini, untuk kesekian kali, murabbiyah tak pernah letih menyemangati kami para mad’u nya untuk senantiasa dekat dan bersahabat dengan al qur’an. sesibuk apapun kami.
dan begitupun materi pagi hari ini, menceritakan tentang
 
“BAGAIMANA KIAT_KIAT AGAR KITA ISTIQOMAH BERINTERAKSI DENGAN AL QUR’AN?”
ya saya akan men-sharekan apa yang tadi telah saya catat. semoga bermanfaat bagi teman-teman semua untuk senantiasa bersemangat menjadi para shahibul qur’an.. yuuuk.. 🙂
 
Rasulullah SAW, bersabda :
“Ber-*muahada-lah bersama al qur’an, demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya, sesungguhnya al Qur’an ini lebih cepat hilangnya daripada onta yang hilang dari ikatan nya” [HR. Muttafaq ‘alaih]
nb : muahadah : tekad besar untuk melaksanakan sesuatu untuk mendapatkan apa yang diinginkan dari sesuatu yang dilaksanakan tersebut.
ya, al qur’an ini lebih cepat hilang dari ingatan kita apabila kita menyepelekannya..
Jadi teringat qhadaya’ teman satu liqa’, yang berkisah tentang pengalamannya yang cukup membuatnya trauma untuk menghafal al Qur’an. beliau bercerita, bahwa dulu ketika masih duduk di bangku ponpes setaraf SMA, ia sempat semangat dalam menghafal qur’an karena keinginan nya untuk bisa merasakan study di Al azhar, cairo. semangat itu dibentuk dengan cara berlomba dengan teman pria nya. mereka saling berlomba, siapa yang cepat menghafal diharapkan bisa membuat iri bagi yang belum berhasil menyaingi hafalan temannya tersebut. alhamdulillah, cara tersebut berhasil, sehingga pada akhir kelas 3, beliau bisa menghafal 3 Juz al Qur’an. begitu pula teman pria nya tersebut. dan alhasil, ketika kelulusan tiba, beliau beserta teman pria nya tersebut mencoba mendaftarkan diri untuk bisa melanjutkan study di negara impian mereka, ya negeri para nabi, negeri kaya ilmu, Cairo, mesir. sayangnya Allah berkehendak lain, mereka berdua sama sekali tidak lolos seleksi. pupuslah harapan, kecewa. itu manusiawi. namun kecewa itu membuat beliau surut dalam menghafal qur’an. sehingga tidak lama dari pengumuman seleksi itu, beliau berkisah, hanya beberapa bulan saja, hafalan beliau hilang sama sekali. Ya, 3 juz itu hilang tidak membekas dalam ingatan beliau. bahakn beliau bercerita, bahwa beliau sudah mencoba untuk menghafalnya kembali, tapi sama sekali tidak bisa mengingatnya. dan hal inilah yang membuat beliau merasa, apa yang di alaminya adalah bentuk teguran dari Allah. entah mungkin karena niat beliau yang melenceng, begitu yang di rasanya. dan seketika, ia menangis.. 😥
hal itulah yang membuat beliau merasa “sedikit” trauma untuk menghafal kembali. belia khawatir, ketika telah susah-susah untuk menghafal, namun hafalannya hilang kembali.. Rabbi, air matanya tidak berhenti bersamaan dengan kisah yang tak berhenti mengalir dari bibirnya. kami hanya mampu terdiam. hening.
dan, tibalah saat dimana murabbiyah memberikan masukan juga penguatan kepada beliau. Bahwa, tidak salah bila kita menghafal al qur’an, demi cita-cita kita untuk bisa meraih ilmu di negeri orang. namun jelas, niat itu masih dalam tataran duniawi. sehaursnya kita berpikir dan menanamkan dalam hati kita, bahwa, menghafal al Qur’an adalah investasi jangka panjang yang diharapkan bisa bermanfaat bagi orang-orang disekeliling kita. tatarannya tidak terbatas pada duniawi semata, namun juga harus memikirkan tataran ukhrawi. dan perlu diingat, semua ‘amal yang kita lakukan, akan dibalas atau dinilai berdasarkan niat awal kita..
“Innamal a’malu binniyat, wa innamal likulim ri immanawwa..”
ya, intinya, untuk apapun yang terjadi, periksa niat kita. bisa saja apa yang kita dapat selama ini, adalah salah satu dampak dari lintasan niat-niat yang ada dalam hati kita.
Yah, back to point di atas.. ada 3 kiat, untuk membantu kita bisa istiqomah berinteraksi dengan al Qur’an, yaitu :
1. Perlunya memahami bahwa berinteraksi dengan al Qur’an merupakan jalan turunnya Rahmat Allah SWT.
harus dipahami, bahwa, masuk nya kita ke syurga, bukan dampak dari ‘amal-‘amal shalih kita. karena sebanyak apapun ‘amal shalih kita tidak akan cukup untuk bisa memasuki syurga. kita bisa memasuki syurga itu adalah semata-mata karena Rahmat Allah SWT. bahkan, ada kisah dimana seorang pelacur yang memberikan makan kepada anjing yang kelaparan dan pelacur tersebut akhirnya masuk syurga. ya, itu semua karena rahmat Allah. dan salah satu cara untuk bisa mendapatkan rahmat Allah adalah dengan menghafal, mempelajari dan mengimplementasikan ajaran al Qur’an dalam hidup kita.
Makna interaksi disini tidak hanya sebatas aktifitas tilawah. seorang ustadz [seorang hafidz qur’an], memberikan tausiyahnya. “hendaklah kita membagi 3 waktu dalam sehari untuk berinteraksi dengan al Qur’an, yaitu : Membaca, Mentadabburi dan Menghafalkannya. insya allah dengan seperti ini, kita tidak hanya mampu menghafal al Qur’an secara akal saja, melainkan al Qur’an tersebut mampu menjadi ruh dalam diri kita [masuk ke dalam Qalbu]. sehingga menjaga penghafalnya dari hal-hal yang dapat merusak imannya juga hafalannya. karena ia senantiasa dalam lindungan dan pengawasan Allah. Subhanallah!
2. Memahami pentingnya berinteraksi dengan Al Qur’an dapat menjadi peluang agar terseleksi menjadi hamba pilhan Allah.
Siapa yang tidak ingin menjadi hamba pilihan Allah? saya yakin, pasti semua orang mukmin sangat menginginkannya. karena, dalam suatu hadits, Allah memiliki wali-wali[keluarga] di muka bumi. dimana wali-wali Allah tersebut adalah para penghafal qur’an. subhanallah, bahagianya menjadi keluarga Allah. karena setiap mata, pendengaran, langakah kita senantiasa dalam pengawasan dan bimbingan Allah.
namun, bagi yang sampai saat ini belum berhasil menjadi hafidz/hafidzah, jangan berputus asa. sekalipun kita menghafal, hanya terbatas 1 atau bahkan beberapa juz, lalu atas kehendak Allah, IA memanggil kita kembali padanya[meninggal], insya allah kita akan digolongkan sebagai salah satu para penghafal qur’an. karena melihat perjuangan kita dalam menghafalkannya dan mengimplementasikannya dalam kehidupan kita, bukan hanya seberapa banyak ayat yang mampu kita hafal. jadi, tetap optimis yaa.. ^_______________^
3. Senantiasa menyadari, bahwa dengan berinteraksi dengan Al qur’an, merupakan bentuk komitmen diri untuk senantiasa mempelajari al Qur’an.
4. Yang terakhir, jangan lupa, untuk senantiasa berdo’a kepada Allah, agar Allah senantiasa membersamai kita dengan al Qur’an, dimanapun dan dalam kondisi apapun.
yaaak, subhanallah sekali materi liqa’ pagi hari ini. Ada embun yang menetes di hati pada setiap kata yang di ucapkan oleh Murrabbiyah yang sangat komitmen dalam menghafalkan al Qur’an. selalu tersemangati dan selalu menanti semua materi yang berkaitan dengan indahnya menghafal dan mempelajari al Qur’an.
hingga tibalah di sesi akhir liqa, Murabbiyah memutuskan untuk mengadakan program Usbu” Qur’an [pekan Qur’an]. dimana kami dituntut untuk bisa menghatamkan al Qur’an selama 2pekan. dimana dalam sehari, kami harus mampu tilawah sebanyak 2juz. Harus!!
harapannya, bukan sekedar formalitas dalam pemenuhan target program liqa’ saja, melainkan ini bisa menjadikan kita semakin dekat dengan al Qur’an dimanapun kita berada. dan insya allah, membiasakan diri kita untuk bisa khatam seperti para sahabat, dimana mereka senantiasa mengkhatamkan al Qur’an dalam sepekan. hmmm.. berat dan tertantang, palu sudah di ketuk. tanda program ini sudah dimulai.
do’akan saya ya teman-teman, semoga istiqomah untuk senantiasa membaca, menghafalkan, mempelajari dan mengimplementasikan ajaran al Qur’an dalam kehidupan saya. terutama bisa memenuhi target khatam qur’an dalam 2 pekan. bismillah.. semoga kita semua, diberikan kesempatan menjadi sahabat al Qur’an, khususnya wali Allah di muka bumi..
-Yogyakarta, penuh cinta, senyum dan air mata-
:: 18 Maret 2012 ::