Aku; anak, istri dan calon ibu


Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush shaalihaat..

Tepat tanggal 20 April lalu, menjadi salah satu moment terindah dan terpenting dalam perjalanan 24 tahun usia saya di dunia. Beralihlah tanggungjawab seorang putri kelima dari 6 bersaudara ini, yang ditanggung oleh bapak tercinta, kini telah beralih ke lelaki lain yang telah Allah halalkan untuk saya. Tentu pecah tangis saya ketika mendengar ijab qabul terlisankan dari bibir suami, ada rasa haru, bahagia,dan takut juga. Mungkin karena saya menyadari tugas-tugas saya setelah ini tentu akan sangat berat. Saya harus meningkatkan kapasitas diri, tidak lagi sebagai seorang anak yang sedang menyelesaikan tugas akhir kuliah, melainkan juga seorang istri yang harus taat dan menyejukkan hati suami, juga seorang calon ibu yang harus bersiap melahirkan, mendidik, membesarkan buah hati yang [semoga] Allah berkenan mengamanahkannya kepada kami. aamiin.

Hari-hari yang kami lalui setelah pernikahan, adalah hari-hari perkenalan kembali. Sekalipun memang kami sudah saling kenal dulunya, namun ada banyak hal terlebih kebiasaan yang tidak saling kami ketahui. Suami tipe yang sangat melengkapi saya, seorang lelaki tegas, yang memiliki perencanaan dan pertimbangan matang, perfeksionis, tertata, rasional, fokus, rapi, dan banyak hal yang sangat menutupi kekurangan saya sebagai seorang istri. Saya bahagia atas karunia Allah ini, dipertemukan dengan seseorang yang telah ridha menerima saya yang penuh keterbatasan dan kekurangan. Acap kali saya bertanya, apakah dia menyesal telah menikahi saya? dan tentu, jawabannya selalu membuat saya tersenyum, jawaban ikhlas penuh kebahagiaan.

Sebelum menikah, saya selalu membekali diri dengan bacaan-bacaan mengenai kehidupan rumah tangga. Saya yakin, bahwa seluruh pasangan yang telah menikah pasti merasakan susah, senang, suka, duka, sakit, pedih, kecewa dan bahagia dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Rumah tangga bagi semua orang yang masuk kedalamnya, adalah sebuah institusi pendidikan yang selalu melahirkan ilmu baru, tentang toleransi, kepercayaan, menjaga amanah, memberi solusi, menguatkan dan banyak hal. Tidak sedikit pula buku mengenai pahit getir rumah tangga yang diuji dengan perpisahan telah saya baca. Saya tidak sedang berharap atau membayangkan perpisahan dengan usia rumah tangga yang masih berusia bilangan minggu ini. Tapi, sekali lagi, dalam kehidupan ini kita dituntut untuk tidak hanya siap dengan bahagia saja, namun juga menyediakan ruang di dalam hati kita untuk hal-hal yang tidak mengenakkan. Agar ketika hidup kita diuji dengan kekecewaan, rasa sakit dan duka, setidaknya kita telah memiliki kekuatan untuk bisa menghadapi, melewati dan juga mensyukurinya sebagai hikmah yang Allah hadirkan.

Satu impian dan harapan saya akan rumah tangga ini, semoga kehadirannya dalam hidup kami membuahkan kebaikan dan kebermanfaatan bagi kami, anak-anak kelak, keluarga kami dan juga masyarakat, terlebih bagi Agama dan negaara. Semoga pula kelak ia menjadi salah satu tangan-tangan yang memperjuangkan nilai islam, meninggikan kalimah-kalimahNya, menjadi madrasah ilmu yang tidak berujung, menjadi penjaga dan pelantun kalamNya, dan berlabuh indah di JannahNya.. ya ssemoga semua kebaikan terhimpun dalam perjalanan rumah tangga kami.

Izinkanlah sekali lagi kami melantun doa yang tak pernah putus ya rabbi..

Allahummaj’alna wa awladana wa alayna min ahlil qur’aan, min ahlil jannah, min ahlil imaan, min hifzil qur’an, wa naudzubika min suu’il khotimah.. Rabbana hablana min azwajina qurrata a’yun waj’alna lil muttaqina imamaa.. Rabbij’alni muqimashalati wa min dzurriyati.. rabbi habli minnash shaalihin.. Allahumma aamiin..

Pembaca Rahasia


536473_239725102794539_246802577_n[Picture taken from KhadimulQur’an]

Ya, bagi penulis, mendapatkan pembaca rahasia adalah hal biasa, dan itu berarti si penulis pun harus kuat dengan konsekuensi nya yaitu ketika pembaca rahasia tidak menyukai tulisannya. Selalu ada pro dan kontra dalam kehidupan manusia, kita tidak bisa menjadi manusia yang benar-benar bisa diterima secara sempurna oleh seluruh ummat Manusia, akan ada yang suka, akan ada pula yang benci. Bukankah contoh itu sudah lama kita temukan dari perjuangan baginda Mulia Nabi Muhammad SAW?, dengan akhlaknya yang begitu memesona mata dan hati saja masih ada pihak-pihak yang tidak menyukai bahkan bermaksud jahat terhadap beliau? Lalu, apakah Baginda Muhammad SAW mundur dan menyerah atas setiap balasan kejahatan dan ancaman yang terus menerus datang dalam perjalanan dakwahNya? Tentu Tidak. Beliau terus teguh memperjuangkan kemuliaan islam, tak peduli seberapa banyak yang memusuhi nya, tak peduli seberapa banyak luka yang harus dirasakan.

Begitu pula ketika kita menulis, tidak selalu tulisan hikmah ditangkap hikmah pula bagi pembaca, tidak sedikit pula yang merasa tersentil, lalu tidak terima dan menyalahkan penulis nya. Dan itu adalah sebuah resiko yang harus dihadapi bagi mereka yang telah memiilih tinta dan pena sebagai pengukir sejarah hidupnya, wadah pikirannya dan hatinya.

Tidak perlu merasa kecewa dan marah melihat respon yang tidak baik dari pembaca-pembaca rahasia. Karena, sesungguhnya, permasalahan terberat adalah pada penulis sendiri, bagaimana kelak ia akan mempertanggungjawabkan apa yang dituliskannya. Tidak peduli pada pembaca, selagi yang mengalir adalah rangkaian hikmah dan kebaikan. Penolakan pasti terjadi, tapi sekali lagi bukan semata-mata kesalahan penulisnya, bisa jadi hati pembaca yang mungkin belum tersentuh hidayah Allah atau mungkin mengalami kondisi sakit [Qalbun Maridh] sehingga sulit menerima kebaikan bahkan dari orang yang dibenci atau tidak disukainya.

Sekarang, teruslah menulis sebagai upaya mengobati diri, membenahi apa yang perlu dibenahi, merenungi bahwa tulisan ini pun, detik ini pun, akan dipertanggungjawabkan. Terlepas dari pro dan kontra yang menghiasi seluruh rangkaian tulisan yang telah dituangkan.

Bukankah yang terdekat bagi diri kita adalah detik yang akan datang? maka sibukkanlah diri untuk menyambut hari esok dengan kondisi terbaik, iman yang terus naik dan stabil, akhlak yang senantiasa berbenah dan lisan yang semakin hari semakin terjaga. Biarlah orang mengatakan apapun atas apa yang kita kerjakan, tuliskan dan kita pikirkan, karena manusia akan mempertanggungjawabkan ‘amal nya masing-masing.. sekarang, sibukkan terhadap ‘amal diri, bermanfaat bagi banyak orang dan bersungguh-sungguh meraih ridhaNya..

“Tidak usah kecewa dengan kejadian yang di masa lalu. kecewalah bila tidak sempat memperbaikinya. Yang terdekat dengan diri kita adalah detik yang akan datang. Bersungguh-sungguhlah minta ampunan-Nya, maju terus untuk berbuat baik.” [Ustadzah Ninih Muthmainnah]

Kampusku-Yogyakarta-Indonesia; dimata pelajar jiran


601080_260116727422043_1618934269_n[picture taken from khadimulQur’an]

Mencoba refreshing dari setumpuk laporan yang meletihkan mata, rindu menulis, dan menulis. sekalipun sadar diri mungkin tulisan di WP ini mungkin tidak begitu menginspirasi.. ya, hanya ingin mencoba berbagi..

Oya, beberapa bulan lalu, kampus tercinta kedatangan tamu-tamu alias mahasiswa/i dari negeri jiran. Sebelumnya sudah ada beberapa pelajar jiran yang datang, dan ini tentu suatu kehormatan bagi kampus kami tercinta, dipercaya untuk menjadi tempat pembelajaran bagi mahasiswa/i luar. Saya pun sempat berkenalan oleh mereka, memang tidak semuanya, hanya beberapa akhowat saja yang saya kenal. Banyak kisah, pengalaman, kenangan dan ilmu yang saya dapatkan. Betapa kiranya muslimah malaysia itu begitu membuat saya berdecak kagum dengan pemahaman keislamannya, bahkan ada pula yang hafal qur’an, berbusana nya yang khas melayu dengan corak bunga-bunga atau motif besar dan berwarna cerah pun jilbab nya yang labuh(panjang), begitu meneduhkan mata memandang. Sangat kontras dengan muslimah indonesia yang sekarang sedang keranjingan trend hijab gulung sana gulung sini, dengan make up menor, walaupun cantik, sungguh tidak meneduhkan mata yang melihat. ya, memang tidak semua, masih banyak pula muslimah nya yang keukeuh menjaga diri nya dengan hijab syar’i, dan tidak kalah meneduhkan dengan muslimah malaysia.. hehe..

Saya ingin sedikit bercerita tentang perkenalan saya dengan beberapa diantara mereka, kekaguman mereka, ketidaksangkaan mereka dan banyak hal.. kita awali dari masalah interaksi pria wanita, salah seorang ukhti dari negeri jiran tersebut, sebelum menginjakkan kakinya di indonesia sering mendengarkan penilaian-penilaian miring dari teman dan kerabatnya mengenai indonesia, masa negeri indah penuh budaya ini dinilai kurang terhormat dengan sebutan negara sekuler, karena tidak menerapkan syariat layaknya malaysia.. oke lah, tak mengapa, karena saya pun menyadari keislaman di indonesia tidak lah sama atmosfernya seperti dimalaysia.. karena keragaman budaya, agama dan toleransi membuat indonesia terkesan sekuler dimata mereka.. entahlah sekuler seperti apa yang mereka maksud kan..

termasuk pergaulan, ia langsung berucap sinis ketika melihat ada sekumpulan mahasiswa/i di kampus kami berjalan bersama, tertawa bersama, makan bersama, belajar bersama, intinya berbaur. Ya, bagi kita yang paham syariat dan pola interaksi tentulah hal tersebut sudah menjadi bagian prinsipal, hindari ikhtilat (campur baur) untuk saling menjaga kehormatan diri, menjaga diri dari fitnah dan keburukan-keburukan yang bisa timbul karena seringnya bercampur baur, tapi mereka tidak paham bahwa ada saudara/i kita yang mungkin belum mendapatkan ilmu mengenai pola interaksi dengan lawan jenis, bagaimana menjaga diri, bersikap, berbicara bahkan belajar bersama. Saya katakan pada nya, bahwa dakwah di indonesia sangat toleran, kita tidak hanya diam ketika melihat kondisi yang tidak enak dimata, mereka menjadi tanggung jawab kita, mereka lah yang menjadi prioritas dakwah kita. bukankah mengenal islam itu butuh proses dan tentunya butuh orang yang mampu menyampaikannya dengan bijaksana. Dibandingkan dengan malaysia, memang indonesia belumlah seberapa untuk penerapan syari’at islam terutama dilingkungan perkuliahan.

Sang ukhti bercerita, bahwa dikampusnya, tidak pernah ada terlihat lelaki dan perempuan berbincang berdua dengan berlama-lama, atau berkumpul bersama lawan jenis untuk hal-hal yang tidak penting. Pasti akan mendapatkan teguran atau tatapan tajam dari sekitarnya. Bahkan sekalipun ada yang pacaran, mereka tidak pernah memperlihatkan kedekatannya dimuka umum, selalu sembunyi-sembunyi dan itu tetap saja tidak baik. Waooww.. masyaaa allah, saya kagum dengan ceritanya. membayangkan jika semua kampus diindonesia bisa demikian, namun sekali lagi, muslim tidak lah sendiri di negeri ini, ada pula pemeluk agama lain yang memiliki pola pemahaman tentang interaksi yang berbeda-beda..

Belum lagi ketika beliau kecewa, melihat teman-teman dari kampusnya akhirnya ikut-ikutan bebas seperti mahasiswa/i di kampus kami yang terbiasa berboncengan sekalipun hanya teman biasa, atau makan berdua, bertiga dst berhadapan dalam satu meja makan. Saya hanya terdiam. Tidak sepenuhnya saya menolak ungkapannya, karena saya yakini, bahwa semua kekhawatirannya lahir dari ketaatan yang begitu adlam terhadap syariat, terhadap perintah dan larangan-larangan Allah yang telah mendarahdaging. Namun, bukanlah hal yang bijak, menilai buruk suatu negara hanya karena perbedaan budaya, sosial, keberagaman agama bahkan kebiasaan masyarakatnya.

Ia pun kembali bercerita, bahwa candaan orang indonesia itu kadang berlebihan, sekalipun ia tetap terbahak dan tertawa lebar ketika mendengar celotehan kami saat bercanda. Saya menyadari hal tersebut karena suatu ketika, saya dan beberapa teman-teman muslimah (aktifis) kampus berkumpul bersama muslimah malaysia, lalu kami bercanda, sungguh bercandaan yang menurut kami biasa saja (mungkin), namun direspon salah satu diantara mereka, mereka jarang bercanda seperti kami,

krik.. krik..

Tak lama kawan saya nyeletuk..

“Pantas saja mereka kaku-kaku..” hehe..

Saya bilang, candaan orang indonesia itu bukan untuk membuat jarak, tapi lebih kepada mencairkan suasana agar bisa membangun atmosfer kekeluargaan bagi tamu-tamu yang baru dikenal, termasuk mereka. sehingga mereka nyaman dan merasa diterima menjadi bagian dari masyarakat indonesia.

Lalu, sang ukhti jiran pun mengangguk mengiyakan dengan senyum lebar.

Ada lagi.. apa yaa.. hmm.. oia, untuk kampus-kampus ternama di malaysia, mereka selalu diwajibkan berbahasa inggris dan arab, sehingga waktu itu membuat kami, akhwat-akhwat ammah ini gigit jari dengan kemampuan berbahasa mereka, sekalipun sedikit geli ketika mendengar bahasa gado-gado (melayu campur inggris)..

Ukhti A ini, terlihat sekali tidak betah di jogja.. waaahhh.. ini aneh.. sangat aneeehhh.. siapapun orang yang pernah ke jogja, pasti akan merindukan jogja dan merindukan keramahtamahan warga nya. Lha, kok si ukhti ini malah sebaliknya. Apa pasal?

ya, karena ia sedang berkonflik dengan teman satu kamarnya yang juga sesama jiran. gesekan-gesekan semakin terasa dikarenakan ia harus sekamar dengan muslimah yang pemahaman agamanya mungkin belum sebaik beliau. Ada hal-hal prinsip yang mungkin dimata syariat harus dilakukan dan dihindari namun justru dilakukan. Perbedaan watak, dan juga ketidakbiasaan hidup sekamar berdua dalam jangka waktu lama, belum lagi kamar yang sempit, harganya mahal, sifat yang berbeda.. sehingga membuatnya ingin segera pulang agar tidak berlama-lama dengan ketidakcocokan terhadap teman seperjuangannya.

lalu, saya dan teman saya berpikir, kenapa toleransi diantara mereka begitu rendah?  apa mungkin memang di malaysia seperti itu? entahlah, saya dan teman saya belum kesana, tentu dengan melihat dan mendengar cerita mereka, kami harus mempersiapkan image yang baik dan kelapangan hati ketika kelak bertandang ke malaysia untuk sekedar liburan. Wah, apakah kami akan dianggap sebelah mata? apakah kami akan disambut dengan hangat/ atau justru sebaliknya?

Belum lagi ketika ia terkesan sedikit menyindir, bahwa di malaysia kebanyakan orang indonesia bekerja sebagai pekerja rendahan. Hiks, kami tertegun. sedangkan mereka tidak pernah mau bekerja seperti itu ketika memutuskan keluar negeri.

Saya pun berujar, apa ada yang salah dengan pekerjaan tersebut? justru mereka itulah pahlawan negara yang menjadi salah satu sumber devisa bagi negara kami. Apakah kemuliaan suatu bangsa hanya dilihat dari pekerjaan orang-orangnya? apakah mereka tahu, TKI bahkan TKW yang bekerja disana, lebih mulia karena tidak hanya menengadah tangan dijalan-jalan, mereka bekerja dengan memikirkan masa depan keluarganya dikampung halaman, anaknya, suaminya. Apakah perjuangan itu bernilai rendahan? *sampai disini sedikit emosi

lalu kami bertanya kembali, mengapa TKI dan TKW kami justru banyak disiksa disana? mengapa kemanusiaan begitu tidak ada harganya? bukankah malaysia negara yang menerapkan syariat islam? mengapa.. dan mengapa..

sebelum mereka menjawab, saya menjawab nya seperti ini..

“Sama hal nya indonesia, disana tidak semuanya muslim, muslim pun tidak menjamin baik akhlak dan agamanya, saya yakin di malaysia masih banyak yang akhlaknya baik”

lalu, sang ukhti pun terdiam, mengangguk mengiyakan, menunduk malu.

Ada banyak hal yang kami sharing-kan, termasuk ketika salah satu diantaranya, dengan senang nya memamerkan cream penghilang jerawat plus memtuihkan wajah yang di belinya dengan harga murah meriah di sebuah tempat perbelanjaan. Awalnya saya curiga, bahwa cream yang dibeli bukanlah cream resmi atau dalam arti kata tidak rekomended untuk digunakan, bukan hal yang tabu lagi, diindonesia sudah berjamur pedangang cream wajah oplosan yang berani menjual cream racikannya secara bebas dengan harga murah dan mampu memberikan hasil yang mencengangkan, wajah bisa putih hanya dalam hitungan minggu, tentu, dengan resiko kulit wajah akan ketergantungan dan akan menjadi rusak ketika si pemakain berhenti memakai nya, namanya juga cream oplosan, diracik seenak udel tanpa mempertimbangkan sisi kesehatan bagi tubuh, ditambah dengan hydroquinone tinggi yang tentu sangat berbahaya bagi kulit. Lalu saya menegur diantara akhowat itu dengan pelan dan sangat berhati-hati takut mereka tersinggung, tapi ya sepertinya masukan saya tidak begitu ditanggapi dan tibalah keesokan harinyaaa..

saya temui akhowat yang memakai cream tersebut, dengan wajah menunduk malu ketika saya menyambangi ke kost-an nya, ia tampak khawatir melihat jerawat nya yang memerah alias agak meradang, sesuai tebakan saya, kiranya ia menggunakan cream tersebut semalam dan berimbas buruk terhadap jerawat nya yang kemarin sudah mengering (hanya bersisa noda bekas jerawat dan beberapa jerawat yang hendak mengering), lalu sang akhowat jiran tadi bergegas mengambil cream g*rnier untuk menutupi kemerahan pada jerawat nya tersebut, namun segera saya melarangnya, saya beri tahu, bahwa jerawat radang seperti itu jangan diberikan apa-apa termasuk kosmetik, dibiarkan saja dan rajin dibersihkan, kalau memang mau diobati sebaiknya dengan menggunakan obat-obatan resep dokter kulit. Bukannya ditanggapi dengan baik, justru sang akhowat tersebut terlihat tidak suka dengan masukkan saya yang menyebabkan beliau mendiami saya beberapa hari. Huuffttt, entahlah, apa yang saya harus lakukan untuk memberikan masukkan, padahal saya sudah menyampaikannya dengan hati-hati dan sangat2 memperhatikan pemilihan kata-kata termasuk menjaga intonasi suara, sangaaattt lembut.. hal tersebut saya ceritakan kepada teman kontrakan saya, teman saya pun geleng2 kepala mendengar cerita saya tadi..

“ko mereka sulit ya kalau diberi masukkan?”, ucap nya dengan dahi yang mengkerut. Apa mungkin mereka tidak terbiasa dengan pola komunikasi yang terbuka? atauuuu?

saya hanya diam saja. merasa serba salah. sebagai orang asli negara indonesia, tentunya saya ingin memberikan kesan yang baik terhadap tamu termasuk menginformasikan kepada tamu hal-hal yang perlu mereka hindari demi kebaikan diri mereka. Lha, tapi kok penyikapan mereka ke kami malah sebaliknya?? lieuuuurrr..

ya intinya, entah karena memang konflik tetangga yang tak pernah ada habisnya, entah karena ketidaksukaan, keirian dan segala hal yang melatarbelakangi negara jiran tersebut sepertinya kurang welcome dengan indonesia.. wallahua’lam..

ya bagaimanapun, saya menghargai mereka dan berharap mereka yang notabene berstatus muslim dengan pemahaman syariat yang insya allah lebih baik dari indonesia, bisa menghargai muslim khususnya warga indonesia yang bertandang ke negara mereka. semoogaaa.. aamiinnn

Fenomena KPK dan Partai [Prasangka dan Lidah tak bertulang]


430916_126277207534712_2046226826_n[picture taken from google]

Hello may, akhir-akhir ini kondisi nya panas yaaah.. panas cuaca, panas berita, panas hati, panas kuping.. semuanya panas.. huuuhh haaaaahhh.. :O

Resiko sih ya, jadi orang yang ga lepas dari dunia soc-med.. dimana-mana, setiap detiknya, menitnya, jam nya tidak lepas dari berita, status, tautan link yang makin ga jelas dan makin gerah. cuma mau curcol aja siiih.. saya bukan siapa-siapa buat ng-judge ini benar, itu salah, ini haram itu halal.. itu mah serahkan sama ahlinya dan sama Allah saja deh.

Ya, namanya juga sudah mau akhir zaman, kita semua kudu peka sama sekitar dan sama semua fenomena alam bahkan fenomena manusia yang sekarang makin ga jelas arah nya. Yang mengaku muslim, apalagi, perlu waspada.. karena fitnah akhir zaman pun bisa menimpa siapa saja, bahkan ustadz sekalipun.

Endonesaaahhh saudara-saudara tidak diargukan lagi selalu diwarnai oleh berita-berita kotor tentang perpolitikan yang ga pernah ada habisnya. Niatnya mau mengangkat berita, sayangnya yang diangkat ratingnya saja, asalkan dapat duit, mau beritanya bener kek, salah kek, asalkan rating tinggi yaaaa capcussss aja. Belum lagi diramaikan oleh komentator yang lisannya pedes, berasa paling bener, paling suci dari dosa, paling ga banget jatuh dalam fitnah atau bahkan ujian dunia yang sedang di alami oleh sesama saudara seimannya.

Anehnya, saudara-saudaraaaa.. yang komentar itu, juga ga jauh beda sama yang dikomentarin, sama-sama tau agama, hafal berjuz-juz al qur’an, hafal hadits, bakal gelar Lc, baahkaaan kuliahnya di negeri para nabi itu. Tapi omongannya jauh dari cerminan agama nya!

Dan yang dikomentarin, di caci dan yang dihina malah adem ayem ajah tuh, wajar sih yaa.. ibarat pemain bola sama penonton, yang ngerti permainannya, strateginya yaa yang main, yang penonton ga tau apa-apa, namanya juga nonton ga tau kondisi dilapangan seperti apa, cuma bisa teriak teriak menghina si A lah, b lah, C lah..

disini, saya ga mau bela orang yang lagi tersandung kasus hukum, kan sudah dibilang itu serahkan sama ahlinya saja, yang sebenar-benarnya tahu salah gak nya hanya Allah!. hukum bisa aja diperjual belikan, bisa dimanipulasi, tapi kalau sudah menyangkut Allah, gak ada yang bisa dimanipulasi dan disembunyikan.

Beberapa Orang di negara ini seperti nya pada dicuci otaknya sama media, istilahnya asal maen caplok. Apa yang lo denger itu, ya itu yang bener. Hah? ngelus dada deh. Katanya orang berpendidikan, katanya orang kritis, analis, IPK nya 4,99999999, dan katanya-katanyaaaa.. tapi kok bisa begitu percaya sama media. Ya, gini nih kalau yang berkomentar itu dihatinya sudah ada benci yang mendarah daging entah kepada personal maupun kelompok. Katanya pemikirannya moderat, namun sama kelompok yang beda dengan pemikirannya dibantai habis, itu bukan moderat, sama aja!. bencinya dimana sih sama yang menyuarakan syariat islam? mentang-mentang harta nya banyak, terus harta situ sedikit, terus nyangkanya yang kaya dari harta korupsi?? mentang-mentang kelompok itu anti pacaran, terus situ pacaran dan terusik padahal tahu hukum pacaran gimana, lantas nuduh yang anti pacaran munafik? helllooo brrooooo.. ga usah ngaku humanis deh kalau hal-hal kebaikan pun ga pernah dihargai..

Prasangka itu mudah banget, tinggal cari alasan untuk memunculkannya, lalu prasangka itu hadir seketika, anak kecil aja juga bisa. Ngomong kotor pun semua orang juga bisa, tapi ga mikir ya? teko itu hanya akan mengelurakan isi teko, i mean apa yang dikeluarkan itu mencerminkan hati orang yang mengeluarkannya.

geram, segeram-geram nya.. untung pernah diingatin tentang bahaya ghibah sama fitnah. Parah!

Bisa jamin ga sih kalau kita diuji atau melakukan hal yang sama kita bakal lebih baik dari orang yang sudah kita hina? bisa jadi kita jauh lebih buruk? semua gak akan ada yang tau apa yang akan terjadi sama dirinya sebelum ia merasakan hal serupa. So, ga usah deh menghakimi manusia dengan lisan-lisan kita.

Sadar gak sih, sekalipun orang yang kita hina, kita caci dan kita umbar aib nya sana sini, dosanya jatuh ke kita karena kita terus-terusan mengghibahnya. Dia adem ayem aja, bayangin kalo dia benar, dan ternyata yang dituduhkan ga benar, itu fitnah dan kita termasuk yang menyebarnya. na’udzu bullahi mindzalik. bukannya dosa kita berkurang, yang ada, umur berkurang, amal berkurang, dosa bertambah. yang rugi siapa? yang lagi di kursi persidangan? nggaaaaaaakkkk.. yang rugi yaaa kita semuaaa..

Pada inget gak sih, ketika Allah menghinakan atau membuka aib hambanya di dunia, bisa jadi hal tersebut meringankan hukumannya ketika diakhirat. Makanya kenapa hukuman bagi pezina di dunia itu begitu berat, agar kelak di akhirat dia tidak merasakan beratnya hukuman akibat perbuatannya di dunia. Itu berlaku bagi kita-kita bang, ga ustadz, ga profesor, ga ketua KPK, ga anak-anak syariah bahkan saya pun bisa kena.

Ya setiap manusia itu akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya, bukan perbuatan orang lain. jadi, plissss.. coba deh memlihat ke dalam diri, sudah sebersih dan sesuci apa sih kita? siapa tau aib dan dosa kita jauh lebih berat dan besar dibandingkan dengan orang yang saat ini sedang tersandung kasus hukum. Ingat broh, sist.. manusia itu diberikan kesempatan bertaubat sama Allah seluas-luasnya, beda sama setan. Seolah-olah kita ini menghakimi yang bersalah seperti setan yang ga pantes dimaafin, ga pantes mendapatkan maaf dari Allah. justru kita lah setannya. karena kita memiliki sifat setan yang sombong dan suka mengadu domba manusia dan menjatuhkan manusia dalam prasangka-prasangka buruk.

kalau mau jujur sama hati, dan kita benar-benar ingin menilai secara obyektif, harusnya kita singkirkan prasangka dan kebencian dari hati kita, lalu kita mulai menganalisa dengan mencari tahu langsung ke sumber-sumber terpercaya bukan melalui media yang menjadi antek-antek kotor pihak-pihak asing yang gak mau negara ini jadi negara yang bersih dari korupsi, negara yang gak bergantung sama World bank. buka lagi deh sirah shahabat, dan sirah nabawiyah, apa begitu kelakukan muslim yang baik. percuma jauh -jauh ke negeri para nabi itu kalau pada akhirnya sifat kalian tidak jauh beda dengan mereka yang gak paham agama. memang tidak semuanya, saya yakin diantara kalian yang memilih untuk keluar negeri [bukan karena ingin cerita ke orang-orang “ini gue, sudah pernah ke palestina, cairo, madinah, mekkah, blaaa.. blaa..] insya allah masih ada yang memiliki kepribadian indah selayaknya yang diharapkan islam kepada para pemeluknya. keindahan akhlak yang menjadi cikal bakal islam diterima diseluruh dunia bahkan oleh seorang yahudi buta yang menangis ketika tahu seseorang yang tak absen menyuapinya, adalah seorang Nabi mulia yang sempat dihina dan dicaci maki olehnya.

Ya, lidah tak bertulang, namun semoga kita semua mau berhati-hati menjaganya. Ujian bisa menimpa mereka, anda dan saya. Dan siapapun kita adalah manusia yang punya potensi hina manusia. marilah sedikit mentafakkuri pesan ini, agar timbul ketakutan dan kehati-hatian dalam diri..

“Setiap Kami menyepakati, apabila ada seorang mukmin menghina saudara mukminnya atas suatu dosa, maka ia tidak akan mati, kecuali Allah akan menimpakan dosa/kesalahan yang serupa”

[Dari Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab Az zuhd]

Silahkan, nikmati saja!!


nikmati saja uang mu, jika memang itu lebih kau cintai daripada syurga..

reguk saja minumanmu, jika itu lebih menghilangkan dahaga daripada mengasihi yang tak punya

kau kata kau istimewa??

sedangkan harta mu itu adalah UJian dariNya yang kelak akan menjadi pemberat timbanganMu.. pun bisa menjadi peringan pertanggungjawabanMu

pada dunia kau katakan, cinta palestina..

pada orang lain kau ungkapkan sangat bangga menjadi aktifis dijalanNya..

lalu ketika kau dihadapkan pada pengorbanan..

melihat sekitarmu, ada mereka yang tak punya..

seolah menutup telinga agar tidak mendengar apa yang menimpa mereka..

seolah menyibukkan diri agar tidak menjadi tempat pelarian pertolongan mereka..

seolah menutup mata agar tidak melihat kondisi payah mereka..

Ingat, itu harta Allah!!

dan kau akan mempertanggungjawabkannya..

sebijaksana apa engkau menghabiskannya..

sebaik apa engkau mempergunakannya..

silahkan menghabiskan tawa mu dalam serial korea kecintaanmu..

daripada duduk bertafakur mendengar ayat-ayat Nya berbicara..

silahkan habiskan tidurmu..

daripada menyempatkan waktu beberapa menit mengantar temanmu yang butuh pertolongan

silahkan koleksi semua baju-baju jahiliyah yang terkemas dalam kata islami

daripada menyempatkan telingamu mendengar kesah mereka yang kesusahan..

silahkan berkeliling kota dengan mobil dan motormu..

daripada harus berletih-letih mengantar jemput ustadz untuk mengisi kajian..

silahkan menahan uangmu yang berlembar-lembar..

daripada menginfaq-kannya untuk para yatim dan dhuafa..

ah, cukuplah, kau tidak istimewa lagi dalam pandangan..

tidak jilbabmu..

tidak kehadiranmu dalam majelis ilmu..

tidak karena janggutmu, hitam dahi mu..

dan semua simbol keislamanmu..

jika pada akhirnya semua itu, justru tidak membuatmu memanusiakan manusia..

ya, cukuplah Allah yang menjadi tempat pertanggungjawabanMu..